Jumat, 23 Oktober 2015

[Resensi] Broken Vow

Judul: broken Vow

Penulis: Yuris Afrizal

Penerbit: Stiletto Book

Tebal: 270 halaman

Harga: Rp 52.000,-


Ungkapan "Rumput tetangga memang lebih hijau"ini harusnya perlu ditambahkan "Hijau karena rumput alami atau rumput sintetis?" Sering kali kita iri pada kehidupan orang lain yang kita anggap sempurna, padahal siapa yang tahu di baliknya ada luka yang berusaha disembunyikan? 


Adalah Nadya, Amara dan Irena, tiga wanita yang bersahabat. Salah satu menganggap kehidupan (pernikahan) dua sahabat  lainnya sempurna. Di balik bahagia yang terlihat ada luka yang tersimpan rapat. Mulai dari suami yang berselingkuh, tidak cocok dengan ibu mertua, suami yang awalnya sempurna kemudian berubah menjadi abusive, dilema antara karier atau keluarga, terpaksa menikah dengan lelaki yang sebenarnya tidak dicintai hanya karena 'terpentok' umur juga bosan diteror pertanyaan 'kapan nikah?', ingin bercerai tapi kasihan dengan anak-anak, dan kisah lainnya.

"Dalam pernikahan, bentuk cinta menjadi berbeda. Saat merasa terluka dan sakit hati, sepertinya cinta itu akan hilang dan menguap. Tidak ada istilah bisa saling melupakan bekas luka yang tercetak jelas dan mulai belajar saling jatuh cinta lagi. Yang ada kita selesai. Melupakan semua janji suci yang sudah patah dan rusak. Enggak ada alasan untuk saling mencintai lagi. Forgiven but not forgotten."
Begitu selesai baca naskah mentahnya, saya langsung riwil "Mbak, cepetan dikirim ke penerbit dong". Dan begitu tahu diterbitkan Stiletto, saya senang banget. Karena memang naskahnya layak terbit. Kenapa? Karena temanya yang menarik.

Di antara cerita manis tentang pernikahan yang bertebaran, buku ini menyadarkan dan memperlihatkan sisi lain dari pernikahan. Buat saya yang single *lah malah promosi*, jadi diperingatkan untuk berhati-hati ketika memutuskan akan menikah. Ya amit-amit, jangan sampai kejadian seperti yang dialami Nadya, Amara, dan Irena. Amit-amit pokoknya. *ketok-ketok meja*

Selain tema ceritanya yang menarik, gaya bahasa yang digunakan pun lugas, mengalir dan enak banget dibacanya. Plotnya pun rapih. Mbak Yuris sudah mengeksekusi ceritanya dengan baik. Habis cerita ini, kemudian ceritanya apa. Akibat dari scene itu adalah apa. Saya tidak menemukan plot hole dalam ceritanya. Padahal ketika saya baca naskah mentahnya, katanya hanya dibuat dalam satu bulan aja lho. Hebat ih mbak Yuris ini.

Tapi tentu saja, sama seperti pernikahan Nadya, Amara dan Irena, tidak ada yang sempurna. Begitu pun dengan buku ini. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara ketiga tokoh utama tersebut. Mungkin karena ketiganya wanita urban yang hidup di kota metropolitan, gaya bicaranya terkesan sama. Mungkin untuk buku selanjutnya, mbak Yuris perlu mengeksplor lagi mengenai karakterisasi. Typo pun masih ditemukan dalam buku ini. Kebanyakan sih hanya kata yang harusnya dicetak miring tapi luput dari perhatian. Walaupun begitu tidak mengganggu keasyikan saya dalam membaca.

Overall, buku ini sangat layak dinikmati dan bagus untuk kategori debut. 4 dari 5 bintang saya berikan untuk buku ini. Ditunggu buku keduanya mbak, aku boleh jadi first reader lagi kah? *wink*

1 komentar:

  1. ah sebagai single lady yang terus menanti hari pernikahannya digelar, selalu pengen baca buku tema pernikahan. Penasaran sama bukunya, biasanya buku2 lain bahas manisnya pernikahan tapi buku ini kayaknya mau ninggalin pesan hati-hati dalam memilih pasangan dan mencoba berpikir matang untuk segera menikah ya? Apalagi di jaman sekarang ini. Heum... Makasih kak Halida atas review singkatnya ^^

    BalasHapus